RSS

Tamu “Orang Hutan”

Catatan Harian : Minggu, 25 April 2010

Surprise besar. Tak disangka dan tak dinyana, hari ini PT. Weda Bay Nickel mengundang 3 “wild human” dari wilayah Akijira ke Base Camp Tanjung Ulie. Informasi ini merebak menjelang jam makan siang. Jadi, dengan semangat ’45, saya berbegas mencari kebenarannya.

Ternyata benar! Ketiga orang hutan yang foto-fotonya telah saya tampilkan (koleksi Bp Sam) ternyata benar-benar datang. Maka jadilah saya satu dari sekian banyak orang yang mengerubuti mereka. Ketertarikan saya bukan mengada-ada. Saya tertarik karena saya punya kepentingan untuk memperoleh informasi tentang mereka dengan jelas dan langsung. Maka, kesempatan ini tidak saya sia-siakan. Modalnya hanya Hape lawas SE C702 Cybershot dan nekat. Kebanyakan teman tidak terlalu berani berdekatan dengan mereka karena bagaimanapun mereka tetap “liar”.

Orang hutan yang datang benar ada tiga orang. Mereka datang dari wilayah Akijira, didampingi dua penterjemah bahasa – Yoram dan  Barnabas.

Berebut foto

Kesempatan awal untuk berfoto bersama mereka seketika berubah menjadi kekisruhan. Karena semua orang berebut. Ketiga orang hutan itu bak selebritis saja. Why? Karena “terminologi orang hutan” seperti yang sudah saya singgung dalam tulisan terdahulu, begitu merasuk dalam pembicaraan sehari-hari di semua wilayah Halteng.

Fenomena heboh yang terjadi barangkali mengalahkan euforia kemunculan Miyabi ketika akan shooting film di Bali. Maka, jadilah foto yang “blur” karena tangan terangkat sementara badan berdesak-desakan… hahaha….

Akhirnya acara potret bersama bisa dikendalikan dan diatur.

Berfoto dengan Mustika - OH berkulit putih

Setelah acara berfoto yang menghebohkan, ketiga OH dipersilakan untuk duduk dan beristirahat di aula. Kerumunan orang mulai berkurang, karena bertepatan dengan waktu makan siang di “Mess Hall” alias kantin camp.

Saat itulah saya bisa memperoleh beberapa informasi berharga – tentu melalui penterjemah – karena saya tidak mampu berbahasa Tobelo. Hasil wawancara dengan mereka yang bisa saya rekam adalah :

1. Ketiga orang hutan ini bernama : Mustika, Bokum (menantu dari Mustika) dan Nuhu. Nuhu – kabarnya adalah penduduk desa biasa yang masuk ke hutan dan bergabung dengan suku OH – nama aslinya Turaji.

Wawancara dengan OH

Dalam foto saya duduk di sebelah Nuhu (berkaus putih), sedangkan Bokum satu-satunya dari ketiga OH yang mau menghisap rokok.

2. Mereka bisa berbicara dalam bahasa Tobelo dan Galela (jenis bahasa lokal yang kini tidak banyak dikuasai orang). Salah satu pekerja lokal yang mampu berbicara dengan dua bahasa itu adalah Om Derek – seorang penebang kayu.

3. Orang pertama yang menjadi sahabat ketiga orang itu adalah seorang anak muda bernama Patrice. Sejak kemunculan ketiganya 4-5 tahun yang lalu, Patrice inilah yang mula-mula berkomunikasi dengan mereka – dengan bahasa Tobelo. Beruntunglah saya karena cukup mengenal Patrice, sehingga bisa lebih dalam menggali informasi tentang mereka – melalui Patrice tentunya. Patrice termasuk salah seorang yang dipercaya oleh komunitas OH.

Mustika berkeliling camp dengan Patrice

4. Ketiga orang hutan ini tidak mengenal pengaturan waktu (hari dan penanggalan), sehingga sulit ditanyakan tentang umur dan sejarah masa lalunya. (Aneh juga, hidup kok gak kenal usia??). Dari penampilan mereka, sungguh saya tidak bisa memperkirakan berapa usia mereka sesungguhnya.

Mustika

5. Mustika – yang tertua – dilihat dari warna rambutnya yang putih dan hubungannya dengan Bokum – ternyata telah tinggal di hutan sejak masih kecil sekali. Bahkan dia masih memiliki sedikit ingatan tentang orang tua dan kakeknya yang juga tinggal di hutan. Informasi ini penting! Artinya memang manusia hutan ini kemungkinan telah menjadi penghuni hutan lebih dari 4 generasi yang lalu.

6. Orang Hutan yang sering disebut orang Togutil ini tidak mengenal agama. Seluruh atribut yang anda lihat dalam foto (pakaian, topi, sandal, gelang, kacamata dan kalung salib) adalah pemberian dari para pekerja camp.

7. Mustika dkk tidak mengerti kebudayaan modern. Karena selama interaksi dengan para pekerja mereka diajari untuk mengangkat jempol ketika berfoto, maka itulah yang  mereka lakukan saat hendak difoto.

8. Kuku jari mereka runcing medan keras, sepertinya biasa dipakai untuk mencabik. Walaupun telah memiliki “sepatu proyek – yang telah dimodifikasi”, Mustika dkk lebih suka berjalan tanpa alas kaki.

9. Salah satu kebiasaan Mustika dkk adalah tidak akan-minum suguhan apapun kecuali jika si pemberi mencobanya terlebih dahulu. Saya telah mencoba memberi sebatang rokok kepada Bokum, tetapi tidak diterima oleh ybs sebelum saya menghisapnya terlebih dahulu. Begitupun untuk makanan dan minuman lain yang disuguhkan. Semua harus dicoba dulu di depan mereka oleh si pemberi. Perilaku ini barangkali adalah kebiasaan mereka yang selalu waspada dan curiga terhadap serangan racun dan sejenisnya.

10. Orang hutan memiliki perilaku seks menyimpang. Menurut beberapa sumber, OH melakukan incest. (Untuk informasi ini, maaf – saya tidak akan berkomentar)

Mengenai sejarah dan asal usul mereka tidak banyak yang bisa ditelusuri melalui Google. Hingga saat ini tidak ada kepastian tentang asal-usul mereka. Semua hanya dugaan dan perkiraan. Beberapa situs dan blog yang menarik telah membahas keberadaan OH ini, meski dengan area pengamatan di wilayah lain Halmahera. Yang sempat saya catat adalah :

1.  Artikel berjudul : “Togutil – Tobelo Dalam: Hutan & Sungai Rumah Kami” dari situs http://www.burung.org/detail_txt.php?op=article&id=65 dengan tajuk terbit 22-10-2008

2. Artikel dari sdr. Busranto Mengenal Orang Togutil

Sepertinya perlu waktu lama untuk menggali lebih dalam tentang OH. Kesehariannya, kemampuannya menjelajah hutan dan kepandaiannya menangkap mangsa buruan, ketertutupannya dari dunia luar dan sebagainya… hmmm … semua begitu eksotis dan layak dipelajari. Sayang sekali, waktu yang terbatas membuat saya tidak bisa menjelajahi kehidupan OH secara langsung.

Indahnya Pemandangan Base Camp dari udara

 Selesai…

 

5 responses to “Tamu “Orang Hutan”

  1. anonymus

    15 Mei 2012 at 23:05

    menarik sekali..!

     
  2. Anonim

    16 Mei 2012 at 04:51

    Akhirnya rasa penasaran saya sedikit terjawab ttg keberadaan orang hutan di daerah halmahera tengah,,,, taon 2008 kebetulan ada pekerjaan proyek di daerah lelilef – tepatnya di kobe dekat pemukiman sp, dan pada suatu malam tiba2 dr seberang sungai orang hutan mengganggu teman kami yg sedang istirahat dengan melempar batu ke gubuknyaaa, dan begtu dicek keberadaanya mereka menghilang bgtu cepattt,,,,,,,,

     
  3. Internet marketing

    15 April 2013 at 14:05

    hahaha aku kira orang hutan hewannya -.-

     
  4. arham alqaf

    21 Oktober 2014 at 18:05

    Orang utan dan base camp tanjung uli… Jadi ingat waktu masih bertugas di halteng/haltim…. 2 kali mengunjungi tanjung uli dan beberapa kali berinteraksi dgn orang togutil….

     
  5. Anonim

    1 April 2015 at 06:59

    Bokum dan Nuhu ditangkap dengan sangkaan pembunuhan di kali Waci…

     

Tinggalkan komentar