Sandiwara Dalam Panggung Politik Sejarah
Mempelajari sejarah adalah sesuatu yang menyenangkan. Betapa tidak? Sejarah tertulis yang kita baca bagaikan kamus dengan konten manusia yang memiliki karakter tak terbatas.
Telah berulangkali disampaikan bahwa sejarah kerajaan adalah sejarah jatuh bangunnya penguasa. Semua peristiwa yang masuk kategori penting, krusial, dan menentukan, selalu berhubungan dengan kepentingan penguasa. Coba saja pikirkan, apa pentingnya sebutir kelapa muda hijau bagi sebuah kerajaan atau kemanusiaan?? Tentu tidak ada pengaruhnya!!
Kecuali… sekali lagi kecuali jika sebutir kelapa muda berkaitan dengan pribadi raja. Oleh sebab itu, saya akan menuliskan kembali KISAH TENTANG SEBUTIR KELAPA.
***
Kisah sebutir kelapa yang absurd muncul terselip dalam khasanah Babad Tanah Jawa.
Seorang panglima perang sekaligus penasehat raja – Ki Gede Pamanahan – berebut sebutir kelapa dengan – Ki Ageng Giring – juga seorang panglima perang. Keduanya adalah jagoan pilih tanding, bersahabat, bijaksana, mempunyai kepiawaian dalam membaca lawan dan keduanya sedang berharap adanya perubahan mendasar dalam kehidupan sosial masyarakat Jawa.
Karena itu keduanya menyepi. Memohon petunjuk Ilahi.
Petunjuk Ilahi yang disebut WAHYU KERATON.
Sejarah Babad menceritakan bahwa “wahyu keraton” berada dalam sebutir kelapa.
Kelapa itu telah dipetik oleh Ki Ageng Giring
dan diletakkannya di pondok tempatnya menyepi.
Ki Ageng pergi menuju anak sungai untuk membersihkan diri,
sebelum menikmati sebutir kelapa yang paling berpengaruh dalam sejarah Jawa.
Saat itulah muncul Ki Gede Pamanahan.
Ia datang sebagai “musafir yang kehausan”, “singgah ke pondok sahabatnya” untuk bersilaturahmi.
Dan matanya “tanpa sengaja” menemukan “sebutir kelapa” yang menarik rasa hausnya,
melebihi rasa malunya dan unggah-ungguhnya sebagai seorang tua.
Tanpa izin, tanpa permisi bahkan tanpa rasa bersalah,
Ki Gede meminum air kelapa muda.
Bisa dibayangkan akibatnya : terjadi “misunderstanding” antara kedua sahabat. Hanya karena sebutir kelapa yang dalam Babad dikatakan menyimpan “WAHYU KERATON”.
Inilah kisah sebutir kelapa yang paling berpengaruh dalam sejarah.
Sebutir kelapa yang melegitimasi seorang Senopati memberontak melawan Sultan Hadiwijaya.
Sebutir kelapa yang meretas ikatan dinasti MAJAPAHIT-DEMAK-PAJANG menjadi dinasti baru-MATARAM.
Apakah Anda Percaya????
***
Dangstars
30 September 2009 at 11:21
Hapunten kasadayana upami abdi..
Pertaaaammmaaaxxxzzz
Dangstars
30 September 2009 at 11:23
Ijin keduaaaaaxxxzzz
Dangstars
30 September 2009 at 11:24
Ketigaaaaaxxxzzz
Dangstars
30 September 2009 at 11:22
Wah..hanya dari sebutir kelapa senopati berontak
Dangstars
30 September 2009 at 11:24
Wallohu alam
Ya…
Kalo ditanya percaya
wardoyo
30 September 2009 at 11:46
Terimakasih mas Dangstar sudah berkunjung.
Menurut pendapat saya peribadi : Itulah Sandiwara Terhebat Dalam Panggung Politik Sejarah. Perhatikan saja faktanya.
1. Raden Patah menjadi Sultan Demak, masih memerlukan restu dan sangkutan dengan Majapahit. Salah satunya dengan memboyong Simbol Gerbang Kraton Majapahit.
2. Hadiwijaya menjadi Sultan Pajang dengan pembenaran secara silsilah sebagai seorang keturunan Trah Majapahit dan menantu Sultan Demak.
Panembahan Senopati tidak membutuhkan itu. Ia legitimate menjadi Sultan karena menjadi anak Ki Gede yang telah “minum air kelapa” yang berisi “WAHYU KERATON”. Tidak perlu pembenaran silsilah atau simbol pusaka Majapahit apapun. Itulah faktanya.
pembunuhkanker
16 Oktober 2009 at 11:11
luar biasa ternyata untuk menjadi penguasa… bisa juga karena faktor kebetulan… minum air kelapa yang gak di tungguin pemiliknya…
pertanyaannya adalah ?
apakah “kebetulan” itu sebenarnya ada… atau hanya sebuah skenario yang tidak di ketahui sehingga disebut,..
“KEBETULAN”
thanks atas info sejarahnya
wardoyo
17 Oktober 2009 at 08:09
Itulah anehnya sejarah. Tentu tidak seluruh peristiwa adalah kebetulan. Semua “hanya” sandiwara.
Kalau mau jujur, untuk menggebrak mitos ya seperti Panembahan Senopati itu. Gak perlu keturunan anu dan anu untuk menjadi raja/sultan.
Sayangnya gebrakan pertama tidak disusul gebrakan selanjutnya. Maka jadilah Mataram sebagai kerajaan campur aduk antara yang masuk akal dan yang mitos. Barangkali inilah makna dari “sandiwara politik” antara Ki Gede dan Ki Ageng. Bargaining tentang masa depan kerajaan baru yang disimbolkan dalam kisah sebutir kelapa. Wallahu alam.